Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu ketebalan kulit, vaskularisasi di kulit, kadar oksi-hemoglobin, kadar hemoglobin reduksi, karoten yang terdapat di dalam tubuh, dan yang paling berperan adalah pigmen melanin kulit.
Pigmen pada kulit, yang dikenal dengan melanin dihasilkan oleh melanosit dan berfungsi untuk melindungi kulit dari efek berbahaya sinar matahari. Fungsi utama dari melanosit adalah melindungi sel-sel epidermis yang lain terhadap radikal bebas dan toksin.
Adanya pertambahan sel melanosit atau pertambahan melanin akan menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi. Melasma atau biasa juga dikenal dengan Chloasma berasal dari kata Yunani “melas” yang berarti hitam, sedangkan chloasma, juga berasal dari kata Yunani “Chloazein” yang berarti menghijau.
Lebih lanjut, mengacu pada kelainan kulit yang tampak adalah hitam dan bukan hijau sehingga nama yang lebih sering dipakai sekarang adalah melasma.
Melasma adalah hiperpigmentasi yang didapati terutama di daerah-daerah yang terpajan sinar matahari, dengan efloresensi berupa makula hiperpigmentasi yang simetris dengan susunan yang bersifat konfluens atau punktata timbul secara perlahan-lahan.
Daerah yang paling sering terkena adalah pipi, bagian atas bibir, dagu dan dahi, tetapi dapat juga mengenai bagian-bagian tubuh lain yang sering terpajan sinar matahari, seperti leher dan lengan.
Pasien dengan gangguan pigmentasi pada kulitnya mencari pengobatan terutama karena alasan kosmetik, mereka mengeluhkan memiliki pigmentasi yang terlalu berlebihan ataupun terlalu sedikit, atau mereka tidak senang dengan distribusinya, meskipun perubahan pigmen biasanya asimptomatik dan tidak berbahaya dari segi medis, tetapi mungkin menandakan suatu penyakit sistemik.
Melasma atau Chloasma atau Mask of Pregnancy adalah hipermelanosis didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpapar sinar ultra violet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu.
Epidemiologi Melasma
Melasma tidak hanya terjadi pada perempuan dewasa, tetapi juga pada laki – laki (10%) yang tidak memiliki tingkat hormon kewanitaan yang normal. Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria adalah 24:1. Insiden terbanyak pada usia 30 -44 tahun.
Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang tinggal di daerah tropis. Pigmentasi yang tinggi ini muncul sebagai suatu masalah kosmetik pada seseorang yang berpigmen tinggi dan merupakan masalah besar pada negara – negara seperti India, Pakistan, dan Amerika Latin. Pada laki – laki biasanya pada daerah Timur Tengah atau Asia.
Melasma lebih sering di dapati pada wanita daripada laki-laki, dengan rasio 1:9, dapat mengenai semua ras, tetapi terutama Latin dan Asia. Ras yang berkulit gelap yang tinggal di India, Pakistan, Timur Tengah, dan Afrika Selatan juga cenderung menderita melasma pada umur muda, namun melasma umumnya muncul pada saat puber atau setelahnya.
Penyebab Melasma
Penyebab (etiologi) melasma sampai saat ini belum diketahui pasti, dapat timbul sebagai proses fisiologis atau patologis, tetapi paparan matahari dapat mempengaruhi perjalanan melasma.
Faktor-faktor penyebab yang dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah:
Sinar ultraviolet dapat memacu proses pembentukan pigmen melanin
Spektrum sinar matahari ini merusak gugus sulfhidril di epidermis yang merupakan penghambat enzim tirosinase dengan cara mengikat ion Cu dari enzim tersebut. Sinar ultraviolet menyebabkan enzim tirosinase tidak dihambat lagi sehingga memacu proses melanogenesis.
Hormon estrogen, progesteron, dan MSH dapat merangsang pembentukan melasma
Pada kehamilan, melasma biasanya meluas pada trisemester ke – 3. Pada pemakai pil kontrasepsi, melasma tampak dalam 1 bulan sampai 2 tahun setelah dimulai pemakaian pil tersebut.
Obat – obat sistemik seperti klorokuin, klorpromazin, sitostatik, dan minosiklin
Obat – obat ini ditimbun di lapisan dermis bagian atas dan secara kumulatif dapat merangsang melanogenesis.
Genetik
Dilaporkan adanya kasus keluarga sekitar 20 – 70%. Suatu kecenderungan genetik merupakan faktor besar dalam perkembangan melasma. Hal ini lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Seseorang dengan kulit coklat terang yang berada di daerah dengan paparan sinar matahari lebih mudah menderita melasma. Lebih dari 30% pasien melasma memiliki riwayat keluarga dengan melasma.
Penyebab Lain
Bahan – bahan kosmetik yang bersifat fotosensitif dapat merangsang melanogenesis jika terpajan sinar matahari. Faktor idiopatik juga dianggap berperan menimbulkan melasma.
Patogenesis Melasma
Patogenesisnya belum jelas, tetapi pada melasma terjadi peningkatan melanisasi epidermal tanpa proliferasi melanosit. Peningkatan produksi melanosom karena hormon maupun karena sinar ultra violet.
Kenaikan melanosom ini juga dapat disebabkan karena bahan farmakologik seperti perak dan psoralen. Penghambatan dalam Malphigian cell turnover, keadaan ini dapat terjadi karena obat sitostatik. Abnormalitas endokrin tidak ditemukan berhubungan dengan jenis pigmentasi ini. Proses kelainan pigmentasi ini belum diketahui.
Pada kehamilan, estrogen menstimulasi produksi melanin, menghasilkan chloasma (melasma). Estrogen dan mungkin progesteron terlibat dalam merangsang melasma.
Kesimpulan penelitian ini berdasarkan seringnya perkembangan penyakit ini dengan kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral, penggunaan diethylstilbestrol dan terapi pengganti hormon pada wanita post menopause.
Mask of Pregnancy menurun atau hilang setelah melahirkan, terutama pada individu yang berpigmen tinggi, tetapi muncul selama penggunaan kontrasepsi oral dignakan. Ada kemungkinan hormon – hormon seperti β – lipoprotein, melanotropik peptida yang dikeluarkan oleh glandula parotis, dapat berperan pada patogenesis ini.
Beberapa produk kosmetik dapat menyebabkan hiperpigmentasi contohnya dermatitis kontak pigmentasi. Sebenarnya seluruh wanita yang mengalami melasma menggunakan kosmetik, tetapi tidak ada bahan khusus yang teridentifikasi dan tidak menutup kemungkinan secara pengalaman mengahasilkan kembali melasma, seperti penggunaan kosmetik yang kebetulan dan tidak memiliki hubungan etiologi pada penyakit kulit.