DOKTERCANTIK.COM – Para produsen makanan, baik skala kecil atau besar selalu memasukkan zat aditif ke dalam produk makanannya agar makanan tersebut terlihat semakin menarik, rasa yang lezat dan manis, serta awet lebih lama.
Ada tiga jenis zat aditif yang paling dikenal serta banyak digunakan oleh produsen makanan. Ketiga jenis tersebut yaitu pemanis, pengawet, serta pewarna. Ketiga jenis zat aditif ini sangat berperan dalam meningkatkan keuntungan produsen ataupun pedagang makanan.
Pewarna
Makanan berwarna cerah tentu menimbulkan daya tarik tersendiri dibandingkan makanan yang memiliki warna pudar atau tidak berwarna sama sekali. Karena itulah, dalam meningkatkan daya beli konsumen, maka produsen banyak menggunakan zat pewarna pada produk makanan ataupun minumannya.
Ada dua jenis zat pewarna yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna alami bisa berasal dari tumbuhan atau buah seperti kunyit, daun pandan, jeruk, cabai merah, dan beberapa jenis pewarna alami lainnya. Sementara pewarna sintetis bisa berupa pewarna buatan tartrazin, sunset yellow, ataupun karmoisin.
Di antara dua jenis pewarna makanan tersebut, pewarna alami jauh lebih sehat dan aman dibandingkan pewarna sintetis. Hal ini disebabkan karena kebanyakan pewarna sintetis menimbulkan efek tertentu bagi tubuh meskipun tidak semua pewarna sintetis begitu.
Bahkan, telah banyak pewarna sintetis dilarang penggunaannya di Indonesia. Beberapa pewarna sintetis yang dilarang penggunaannya karena berbahaya bagi kesehatan yaitu Rhodamin B dan Metanil Yellow yang bisa mengundang banyak penyakit dalam tubuh.
Pengawet
Pengawetan pada makanan dilakukan agar makanan tersebut bisa tahan lebih lama sehingga bisa tetap dijual di pasaran meski masih memiliki batas kadaluarsa. Tidak hanya produsen atau pedagang, ibu rumah tangga sebenarnya juga sering melakukan pengawetan.
Seperti misalnya ikan, jika mereka tengah sibuk atau ada urusan lain, maka mereka bisa memasukkan garam ke dalam ikan agar ikan tersebut tidak busuk dan masih bisa dimasak beberapa jam setelahnya. Ini termasuk salah satu cara pengawetan alami dan tradisional yang tidak berbahaya.
Selain cara alami dan tradisional tersebut, mengawetkan makanan juga bisa dilakukan dengan bahan pengawet buatan, di antaranya yaitu menambahkan natrium benzoat dan natriun nitrat. Jenis pengawet buatan ini tidak berbahaya manakala dikomsumsi dalam jumlah yang wajar dan tidak terlalu sering.
Beberapa jenis pengawet yang berbahaya bagi kesehatan namun masih banyak digunakan yaitu boraks dan formalin. Zat ini bisa memicu banyak masalah kesehatan pada tubuh, termasuk kanker.
Pemanis
Sebagian besar orang juga menyukai makanan manis, untuk itu banyak produsen yang sengaja memasukkan bahan tambahan makanan berupa pemanis untuk menguatkan rasa manis pada makanan.
Untuk pemanis alami produsen biasanya menggunakan gula tebu, gula merah, ataupun madu untuk mempermanis makanan. Hanya saja, produsen lebih banyak menggunakan pemanis buatan, terlebih produsen skala besar karena dinilai lebih efektif, murah, dan hasilnyapun lebih baik dibandingkan pemanis alami.
Beberapa pemanis buatan seperti sakarin, siklamat, ataupun sorbitol sering menjadi pilihan bagi produsen. Padahal, pemanis-pemanis buatan tersebut bisa berdampak buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang, apalagi jika dikomsumsi secara berlebih
**
Selain tiga zat aditif makanan di atas, masih ada beberapa zat aditif lagi yang juga sering ditambahkan dalam makanan. Di antaranya yaitu, penguat rasa, pengenyal, dan pengental.
Zat aditif makanan memang sangat bermanfaat bagi produsen agar produknya semakin laku. Hanya saja, karena zat aditif tersebut tidak selalu baik, maka sebaiknya para produsen lebih berhati-hati dalam menggunakan zat aditif terlebih zat aditif sintetis berbahaya.
Jangan gunakan zat aditif berbahaya, apakah itu berupa pewarna, pengawet ataupun pemanis sintetis berbahaya. Meskipun menguntungkan Anda sebagai penjual, namun zat tersebut bisa merugikan hak dan kesehatan konsumen atau pembeli.