DOKTERCANTIK.COM – Jangan keburu jijik membaca judul di atas. Sejalan dengan perkembangan dalam teknologi dan ilmu kesehatan banyak pengetahuan baru yang bermanfaat untuk kesehatan anda. Salah satunya terkait dengan feses (tinja).
Pada umumnya benda yang satu ini kita kenal sebagai buangan yang jorok dan tidak berguna, namun penelitian telah membuktikan lain. Feses masih bisa berperan untuk menyembuhkan diare berat akibat infeksi clostridium difficile. Infeksi akibat clostridium difficile memang sangat berbahaya bisa memicu diare hebat bahkan kegagalan fungsi ginjal.
Sebenarnya penggunaan feses untuk menangani diare telah berkembang sejak abad ke-4, namun kini menjadi perhatian kembali karena telah terbukti sebagai cara yang lebih efektif dibandingkan degan penggunaan anti biotik. Para peneliti yang berkecimpung di dunia medis terus berupaya untuk membuat metode ini menjadi lebih modern dan menjauhkan kesan “jijik” tadi.
Transplantasi Mikrobiota Feses
BBC Indonesia (2012) mengabarkan, seorang wanita warga Indiana, Amerika Serikat telah mengalami sakit perut, muntah dan diare parah yang membuatnya harus istirahat di rumah tanpa beraktivitas. Penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi clostridium difficile. Dokter yang menanganinya kemudian menyarankan agar wanita tersebut diobati dengan metode transplantasi mikrobiota feses.
Caranya dengan mengambil feses suaminya kemudan dicampur dengan saline dan dijadikan jus . Ramuan tadi dimasukkan ke tubuh si pasien dengan menggunakan enema. Hasilnya sangat positif, dalam waktu empat jam si pasien benar-benar sembuh. Laporan ini merupakan salah satu bukti betapa metode transplantasi ini amat efektif.
Perkembangan selanjutnya memasuki dalam tahap pengembangan pil “tinja”. Dilansir dari CBC News (2014), ilmuwan dari University of Calgary, Kanada, Dr. Tom Louie, kini mengembangkan pil tinja yang telah dibekukan. Pil ini menjadikan proses penyembuhan menjadi lebih sederhana dibandingkan dengan proses transplantasi yang sebelumnya sudah dikenal.
Dalam sebuah wawancara diungkapkan olehnya bahwa para pasien yang mengonsumsi pil tersebut dilaporkan sehat, tidak muntah dan tidak ada keluhan sakit perut. Setiap pil dikemas dalam 3 lapis kapsul gelatin untuk memastikan pil bisa bertahan dalam perut yang memiliki kadar asam yang tinggi.
Namun harus diingat, feses yang digunakan untuk transplantasi adalah feses yang berasal dari orang sehat karena tinja orang yang sehat mengandung bakteri baik yang amat dibutuhkan oleh tubuh. Dilansir dari Voice of America (2015) para peneliti dari Utah University, Amerika mengungkapkan tentang transplantasi feses yang kini bisa diterapkan untuk mengobati penyakit radang usus.
Para peneliti telah melakukan percobaan pada tikus yang kemudian menunjukkan hasil yang positif. Berdasarkan penelitan tersebut, efek baik yang sama diyakini akan didapatkan jika diterapkan pada manusia. Metode ini terus mendapat respon positif bahkan sebuah organisasi nirlaba yang bernama OpenBiome di Massachusets, Amerika Serikat dikabarkan membayar setiap orang sehat yang mendonorkan fesesnya.
Untuk diketahui, umumnya orang menggunakan antibiotik sebagai obat untuk menangani berbagai penyakit. Sayangnya, anti biotik tidak membedakan antara bakteri baik dan bakteri buruk sehingga saat seseorang minum antibiotik semua bakteri tersebut akan terbasmi. Transplantasi feses kemudian membantu anda untuk memenuhi kebutuhan akan bakteri baik yang bermanfaat tadi. Belum diketahui mengenai perkembangan transplantasi ini di Indonesia.