DOKTERCANTIK.COM – Daun katuk dikenal memiliki khasiat memperlancar aliran air susu ibu (ASI). Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tumbuhan sayuran yang banyak terdapat di Asia Tenggara. Pohonnya berbentuk semak, tinggi 2-3 meter, daun kecil, berwarna hijau gelap dengan panjang 5-6 cm. Tanaman ini banyak ditanam di pekarangan karena mudah diperbanyak dan biasa dijadikan pagar hidup.
Kandungan Nutrisi dan Khasiat Daun Katuk
Katuk mengandung 7% protein, 19% serat kasar, vitamin K, pro-vitamin A (beta-karoten), vitamin B, vitamin C, 2,8% kalsium, besi, kalium, fosfor, dan magnesium. Warna daunnya hijau gelap karena kadar klorofil yang tinggi. Dengan mengkonsumsi banyak klorofil maka kesehatan jaringan tubuh bisa terjaga, klorofil juga bermanfaat untuk mengatasi parasit, bakteri, dan virus yang ada dalam tubuh. Turunan klorofil feoditin berfungsi sebagai antioksidan.
Dalam daun katuk juga terdapat efedrin, zat yang sangat bermanfaat bagi penderita influenza. Daun katuk juga mengandung senyawa utama yang dibutuhkan tubuh dalam pembuatan kolagen, sebagai pengangkut lemak, pengangkut elektron, menyehatkan gusi, mengatur tingkat kolesterol, serta pemacu imunitas tubuh.
Di Amerika dan Taiwan daun katuk banyak dikonsumsi sebagai makanan pelangsing atau obat anti-obesitas, seperti daun katuk goreng, salad, dan minuman.
Namun, daun katuk juga mengandung papaverina, yaitu suatu alkaloid yang juga terkandung pada candu (opium). Jadi batasi konsumsi daun katuk, karena jika berlebihan dapat menyebabkan efek samping misalnya keracunan papaverin.
Katuk dapat diolah seperti kangkung atau bayam. Pucuk tunas yang muda dijual orang di Indocina dan dimanfaatkan seperti asparagus.
Konsumsi sayur katuk oleh ibu menyusui dapat memperlama waktu menyusui bayi perempuan secara nyata dan untuk bayi pria hanya meningkatkan frekuensi dan lama menyusui. Selain bermanfaat untuk melancarkan air susu ibu, ternyata daun katuk juga memiliki beberapa khasiat yang belum banyak orang mengetahuinya, yaitu menyembuhkan bisul, demam, dan darah kotor, serta mencegah osteoporosis (tulang keropos).
Ekstrak Daun Katuk
Setelah melampaui berbagai tahap pengujian, kini telah banyak diolah ekstrak daun katuk menjadi tablet. Budi daya tanaman katuk dikembangkan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro), Bogor. Hasil panennya kemudian diekstraksi untuk melakukan uji toksikologi, uji akut, dan uji subkronik.
Hasil-hasil pengujian itu ternyata positif. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas air susu tetap, tapi kuantitas ASI akan naik menjadi 1,5 kalinya. Untuk keperluan itu dibikinlah formulasi untuk tablet, dan pada Juni 1996 ekstrak daun katuk tersebut berhasil ditabletkan.
Kalau dikonsumsi, dosisnya 3-4 tablet per hari, yakni 2×2 tablet atau 3×1 tablet. Dengan peningkatan teknologi, bagi para wanita karier dan ibu-ibu di kota yang relatif susah mencari daun katuk segar, makan daun katuk jadi tidak repot lagi.
Efek Samping Daun Katuk
Daun katuk memang belum pernah diuji laboratorium di Indonesia, apakah memberikan dampak negatif atau tidak. Di Taiwan 44 orang mengkonsumsi jus daun katuk mentah (150 g) selama 2 minggu – 7 bulan, terjadi efek samping dengan gejala sukar tidur, tidak enak makan dan sesak nafas.
Di Amerika, penelitian dilakukan terhadap 115 kasus bronkiolitis obliterasi (110 perempuan dan 5 pria), yang sebelumnya mengkonsumsi daun katuk. Setelah 2 tahun bronkiolitis obliterasi berkembang menjadi parah dan terjadi kematian pada 6 pasien (6,1 %).
Proses perebusan daun katuk dapat menghilangkan sifat anti protozoa. Maka, pemanasan dapat mengurangi sampai meniadakan sifat racun daun katuk.
**
Jadi, khasiat daun katuk dapat dirasakan dengan aman jika dimasak atau diekstraksi berupa tablet atau kapsul. Mengkonsumsi katuk mentah apalagi sampai berlebihan sangat beresiko.
Selamat menikmati manfaat daun katuk!