Tak semua pengharum ruangan aman bagi kesehatan. Ada yang bisa membuat mual, pusing, hingga muntah. Bahkan pewangi tertentu bisa mengganggu pertumbuhan janin pada ibu hamil.
Pemakaian produk apa pun yang merupakan zat kimia, jika berlebihan atau berkontak langsung melalui sistem pernapasan akan menyebabkan gangguan pada fungsi sistem saraf.
Beberapa kasus yang sering terjadi akibat penggunaan pewangi ruangan yang tidak sehat diantaranya adalah pingsan dan gangguan sistem pernapasan lainnya.
Begitu juga apabila kontak langsung dengan kulit. Bahan pewangi organik dapat dengan mudah terserap melalui kulit dan menyebabkan efek pada kesehatan kulit seperti dermatitis dan iritasi.
Di pasaran dapat dijumpai berbagai jenis pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi yang diperuntukkan untuk lemari dan toilet), ada yang cair, gel dan ada juga yang semprot. Sementara penggunaannya ada yang digantungkan, ada yang diletakkan begitu saja, dan ada juga yang ditempatkan di bibir AC maupun kipas angin.
Bahaya pewangi pada umumnya tergantung pada jenis atau bentuknya maupun pewangi dan komponen-komponen kimia aktif yang terkandung di dalamnya, disamping faktor pengaruh lainnya.
Dari segi bentuk sediaan yang mudah menguap (aerosol) dapat berisiko lebih tinggi bagi tubuh, terutama jika terjadi kontak langsung dengan sistem pernapasan. Namun demikian kontak yang terjadi melalui kulit pun bukan tak berisiko mengingat zat pewangi akan begitu mudah masuk tubuh.
Jenis Pewangi Ruangan
Perlu Anda ketahui di pasaran ada 2 jenis zat pewangi, yakni yang berbahan dasar air dan yang berbahan dasar minyak. Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi) relatif singkat (sekitar 3 sampai 5 jam). Itulah mengapa pewangi berbahan dasar air relatif lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak.
Memang pewangi berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya bisa lebih mahal jika dibandingkan pewangi yang berbahan dasar air. Pewangi jenis ini biasanya menggunakan beberapa bahan pelarut atau cairan pembawa, di antaranya isoparafin, diethyl phtalate atau campurannya.
Sementara jenis pewangi yang disemprotkan umumnya mengandung n-butane, isobutane, propane atau campurannya. Untuk pewangi berbentuk gel disertai kandungan berbahan gum. Adapun zat aktif aroma bentuk ini umumnya berupa campuran zat pewangi, seperti linalool, benzyl acetate, linanenne, citronellol, ocimene, dan sebagainya.
Berdasarkan prinsipnya semua zat pewangi tersebut berisiko terhadap kesehatan. Terutama pada mereka yang berada pada kondisi rentan, seperti bayi, ibu hamil, dan anak, ataupun orang yang sangat sensitif terhadap zat-zat pewangi. Sayangnya baru sekitar 80% zat pewangi belum teruji keamanannya terhadap manusia.
Di sinilah kewaspadaan konsumen benar-benar dituntut. Ada pun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance Association di antaranya pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, serta 7-methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehyde dan methylchloroisothiozilinone.
Jadi tidak semua pewangi memberi efek negatif bagi kesehatan. Artinya kita masih dapat menggunakan pewangi yang beredar di pasaran. Secara kasat mata mungkin sulit untuk mengetahui mana pewangi yang aman dan mana pewangi yang berbahaya. Sebagai tindak pencegahannya konsumen harus cerdik memilih pewangi dengan merek terdaftar atu teregistrasi.
Dengan demikian keamanannya minimal cukup terjamin di bawah lembaga pengawas atau pemberi izin. Demi keamanan konsumen badan pengawas harus benar-benar mengontrol peredaran pewangi ruangan ini. Terlebih terhadap pewangi dengan kandungan zat tertentu yang memang diketahui berisiko bagi kesehatan.